Kapan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari Dilahirkan? Biografi KH. Muhammad Hasyim Asy’ari

Tahukah kamu? Di sebuah dusun kecil bernama Gedang, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang, Jawa Timur, lahirlah seorang tokoh yang kelak mengubah wajah sejarah bangsa. Beliau adalah Kiyai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari, yang lahir pada Selasa Kliwon, 14 Februari 1871 Masehi, atau bertepatan dengan 12 Dzulqa’dah 1287 Hijriah.

Lingkungan pesantren sederhana di Gedang menjadi saksi awal perjalanan hidup beliau. Dari tempat inilah cahaya ilmu, keikhlasan, dan perjuangan mulai tumbuh. Siapa sangka, dari desa kecil yang terletak hanya dua kilometer di utara pusat kota Jombang, lahir seorang ulama besar yang namanya harum di seluruh penjuru negeri.

Kiyai Haji Hasyim Asy’ari tidak hanya dikenal sebagai pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Tebuireng, tetapi juga sebagai sosok pemimpin yang visioner. Pesantren Tebuireng yang beliau dirikan di kemudian hari menjadi pusat pendidikan Islam yang mencetak banyak ulama, guru, dan pemimpin bangsa. Di sana, para santri tidak hanya mempelajari agama, tapi juga belajar mencintai tanah air, sebagaimana ajaran beliau tentang cinta pada negeri sebagai bagian dari iman.

Tak berhenti di pesantren, Kiyai Haji Hasyim Asy’ari juga mendirikan organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU). Melalui NU, beliau menyatukan umat dalam semangat kebersamaan, menegakkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, serta membangun kekuatan sosial dan pendidikan yang terasa manfaatnya hingga hari ini.

Beliau juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Dalam masa penjajahan, beliau tak hanya berdoa, tetapi juga menggerakkan perlawanan. Semangat jihad melawan penindasan terus beliau tanamkan pada santri dan masyarakat. Sikap tegas, penuh keberanian, namun tetap bijaksana menjadikan beliau panutan bagi banyak generasi.

Perjalanan hidup Kiyai Haji Hasyim Asy’ari mengajarkan bahwa dari tempat sederhana, seseorang bisa menyalakan cahaya besar. Cahaya itu adalah ilmu, iman, dan keberanian. Hingga kini, warisan beliau terus hidup di hati jutaan santri, kader NU, dan seluruh rakyat Indonesia.

Referensi; (tebuireng.online)